Senin, 22 Juni 2015

PERJALANAN MENJUMPAI TUHAN



55.000,-DESKRIPSI:
Metode dan muatan pendidikan agama kita tidak menarik dan membosankan. Alih-alih
menawarkan kedamaian, keharmonisan, dan ketenteraman, agama justru dijadikan
alat pemecah belah, media adu domba, peninabobo kaum awam, alat provokasi,
faktor disharmonisasi dan duri peradaban. Apa yang terjadi pada lembaga pendidikan,
kurikulum, silabus, dan proses pemahaman serta pemaknaan kehidupan beragama?

Bila hal itu yang Anda alami selama ini, buku ini akan mencerahkan dan menawarkan
paradigma alternatif bagi Anda karena memuat:
• Pergulatan pemikiran keagamaan para mahasiswa-mahasiswi yang awalnya
antipendidikan agama (religious studies), lalu berubah dan mengalami momentum
“AHA”. Agama itu indah, damai, dan sejuk.
• Pemahaman makna dan pesan agama dari perspektif kaum muda. Khususnya akar
masalah dan problem keagamaan seperti ketegangan, konflik, kekerasan intra- dan
antaragama sampai perang bernuansa keagamaan.
• Membongkar kesan negatif tentang kaum muda. Ternyata kaum muda hebat dan
mampu berpikir kritis, kontemplatif, mencerahkan, dan membuyarkan stereotip setelah
mereka melakukan ekskursi ke Mesjid Istiqlal, Katedral, Gereja Immanuel, Wihara,
Pura, Lithang, dan Gurdwara.
• Mengirim pesan damai, sejuk, dan harmonis dari pelangi jiwa kaum muda Muslim,
Kristen, Katolik, Buddhis, dan Hindu. Pesan-pesan profetik agar umat beragama merajut
kerja sama dan toleransi, bersinergi, dan menebar manfaat, kebaikan, keindahan,
dan kearifan dalam kebhinekaan. Agama apa pun harus menjadi oase, jembatan
kukuh, dan panasea bagi problem akut sosial-kemanusiaan.

Buku ini selayaknya dibaca oleh para guru atau pendidik, pemerhati pendidikan, tokoh
dan pemuka agama, aktivis lintas agama, politisi, pejabat dari dinas dan departemen
pendidikan dan kebudayaan. 

Gramedia Balaikota Semarang selalu menyajikan yang terbaik untuk anda.